Selasa, 29 Desember 2015
Senin, 28 Desember 2015
Pengembangan Desain Didaktis Awal Materi Statistika SMA Kelas X Berdasarkan Learning Obstacle
oleh Yusi Nur Apriyani
Statistika
adalah salah satu cabang ilmu dari matematika yang mempelajari tentang
pengumpulan data, penyajian data, pengolahan data, analisis data serta
penarikan kesimpulan berdasarkan analisis data yang telah dilakukan. Aplikasi
statistika banyak digunakan dalam berbagai metode penelitian yang pada dasarnya
merupakan kegiatan seperti mengumpulkan data, mengolah data, menganalisa data,
dan menarik kesimpulan dari data penelitian. Di Negara maju seperti Amerika dan
Jepang, ilmu statistika telah sejak lama berkembang pesat sejalan dengan
kemajuan ilmu ekonomi dan ilmu teknik. Perkembangan ilmu dan teknologi juga
tidak lepas dari peran ilmu statistika. Sehingga ilmu statistika sudah
seharusnya dipelajari dan dipahami sejak usia sekolah, supaya tidak tertinggal
oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin maju.
Senin, 30 November 2015
Sabtu, 02 Mei 2015
Resume 8 : Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial
KONSEP
DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR
Diagnostik Kesulitan Belajar merupakan proses menentukan masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.
Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu :
Diagnostik Kesulitan Belajar merupakan proses menentukan masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.
Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu :
- Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
- Permasalahan dalam hal kemampuan akademik
- Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas.
Faktor
Penyebab Munculnya Kesulitan Belajar
Beberapa faktor penyebab munculnya kesulitan
belajar menurut Sukardi dibedakan menjadi dua, yaitu :
- Faktor internal meliputi kesehatan dan problem menyesuaikan diri
- Faktor eksternal meliputi lingkungan, cara mengajar guru yang tidak baik, orang tua siswa dan masyarakat sekitar.
Ciri-Ciri
Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapat
dipahami melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan mental, intelektual,
sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar yang yang dilakukannya
di sekolah dan di rumah.
Ketidaksanggupan belajar disebabkan
kerusakan-kerusakan tertentu pada diri seseorang yang membuat seseorang itu
lamban belajar. Menurut Cece Wijaya (2010),
kerusakan-kerusakan itu dikategorikan dalam empat hal, yaitu Dyslexia, Dyscalculia,
Attention Defisit Hyperactive Disorder
(ADHD), dan Spatial, motor, ad perceptual
defisits.
Kerusakan lainnya yang membuat siswa lamban
belajar adalah Social defisits, yaitu
kesulitan mengembangkan keterampilan sosial. Kesulitan itu dapat membuat
ketidaksanggupan menemukan jati dirinya. Berdasarkan hasil penelitian para
pakar psikolog bahwa siswa yang tidak sanggup mengembangkan keterampilan sosila
dapat dilatih melalui bimbingan guru-gurunya.
Prosedur
Diagnostik Kesulitan Belajar
Setidaknya ada tiga langkah umum yamg harus ditempuh
oleh seorang guru dalam mendiagnostik kesulitan belajar siswa, yaitu :
- Mendiagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, yaitu dengan cara mengidentifikasi kasus dan melokalisasikan jenis dan sifat kesulitan belajar tersebut.
- Mengadakan estimasi (prognosis) tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa.
- Mengadakan terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan yang dapat dipergunakan dalam rangka penyembuhan atau mengalami kesulitan belajar yang dialamu oleh siswa tersebut.
Mendiagnostik
Kesulitan Belajar secara Formal
Diagnostik
yang sebenarnya terhadap kesulitan belajar dilakukan dengan metode uji standar
yang membandingkan tingkatan kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang
dianggap normal. Hasil uji tidak hanya tergantung pada kemampuan aktual anak,
tetapi juga reliabilitas pengujian itu serta kemampuan sang anak untuk
memerhatikan dan memahami pertanyaannya.
Evaluasi
Diagnostik Kesulitan Belajar
Evaluasi diagnostik kesulitan belajar merupakan
salah satu fungsi evaluasi yang memerlukan prosedur dan kompetensi yang lebih
tinggi dari para guru sebagai evaluator. Evaluasi diagnostik kesulitan belajar
merupakan evaluasi yang memiliki penekanan kepada penyembuhan kesulitan belajar
siswa yang tidak terpecahkan oleh formula perbaikan yang biasanya ditawarkan
dalam bentuk tes formatif.
KONSEP
DASAR PENGAJARAN REMEDIAL
Pengajaran
Remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yaang bersifat
mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi
lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
Tujuan
Pengajaran Remedial
- Agar siswa dapat memahami dirinya, dengan mengenal kelemahannya dalam mempelajari suatu bidang studi dan juga kekuatannya.
- Agar siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajarnya ke arah yang lebih baik.
- Agar siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
- Agar siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil yang lebih baik.
- Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya.
Fungsi
Pengajaran Remedial
- Fungsi korektif, berarti bahwa dengan pengajaran remedial mampu memperbaiki hal-hal yang belum memenuhi harapan dalam proses pembelajaran.
- Fungsi pemahaman, berarti bahwa dengan pengajaran remedial mampu memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pribadi siswa.
- Fungsi penyesuaian, berarti bahwa dengan pengajaran remedial mampu membentuk siswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan proses belajarnya.
- Fungsi pengayaan, berarti bahwa dengan pengajaran remedial siswa akan dapat memperkaya proses pembelajaran.
- Fungsi akselerasi, berarti bahwa dengan pengajaran remedial akan diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif dan efisien.
- Fungsi Terapeutik, , berarti bahwa dengan pengajaran remedial secara langsung atau tidak akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukan adanya penyimpangan.
Metode
dalam Pengajaran Remedial
Metode
yang digunakan dalam pengajaran perbaikan yaitu metode yang dilaksanakan dalam
keseluruhan kegiatan bimbingan belajar mulai dari tingkat identifikasi kasus
sampai dengan tindak lanjut. Metode yang dapat digunakan, yaitu tanya jawab, diskusi, tugas, kerja kelompok, tutor, dan pengajaran
individual.
Strategi
dan Teknik dalam Pendekatan Pengajaran Remedial
Seperti yang dirumuskan oleh Izhar Hasis
yang disimpulkan dari Ross
and Stanley dan dari Dinkmeyer and Caldweel dalam bukunya
Developmental Counseling, adalah sebagai berikut.
- Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat Kuratif. Tindakan Remedial Teaching dikatakan bersifat kuratif kalau dilakukan setelah selesainya program proses belajar mengajar utama diselenggarakan. Teknik pendekatan yang dipakai dalam hal ini yaitu pengulangan, pengayaan dan pengukuhan, serta percepatan.
- Strategi dan Teknik pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat Preventif. Strategi dan teknik pendekatan preventif diberikan kepada siswa tertentu berdasarkan data atau informasi yang ada dapat diantisipasi atau setidaknya patut diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Teknik pendekatan yang dipakai adalah layanan pengajaran kelompok yang diorganisasikan secara homogen (homogenius grouping), layanan pengajaran secara individual dan layanan pengajaran kelompok dengan dilengkapi kelas khusus remedial dan pengayaan.
- Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching Bersifat Pengembangan. Merupakan tindak lanjut dari during teaching diagnostic atau upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM).
Langkah-Langkah
Melaksanakan Pengajaran Remedial
- Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya.
- Menentukan tindakan yang harus dilakukan.
- Pemberian layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling.
- Langkah pelaksanaan pengajaran remedial.
- Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi belajar siswa dengan alat tes sumatif.
- Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik.
Perbandingan
Prosedur Pengajaran Biasa dan Remedial
- Kegiatan pengajaran biasa sebagai program belajar mengajar di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi. Pengajaran perbaikan diadakan setelah diketahui kesulitan belajar, kemudian diadakan pelayanan khusus.
- Tujuan pengajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua siswa. Pengajaran perbaikan tujuannnya disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa walaupun tujuan akhirnya sama.
- Metode dalam pengajaran biasa sama buat semua siswa, sedangkan metode dalam pengajaran perbaikan berdiferensial (sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan.
- Pengajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pengajaran perbaikan oleh team (kerjasama).
- Alat pengajaran perbaikan lebih bervariasi, yaitu dengan penggunaan tes diagnostik, sosiometri, dsb.
- Pengajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekayan individual.
- Pengajaran perbaikan evaluasinya disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
Evaluasi
Pengajaran Remedial
Pada akhir kegiatan siswa diadakan evaluasi.
Tujuan paling utama adalah diharapkan 75% taraf pengusaan (level of mastery).
Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan diagnostik dan memperoleh
pengajaran remedial kembali. Evaluasi remidi memiliki arti penting bagi
orang-orang terdekat siswa. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada
siswa dan
orangtua mengenai perkembangan belajarnya.
Referensi : Makalah Kelompok 8
Holt,
John. (2010).
Mengapa Siswa Gagal.
Jakarta:Erlangga.
Mukhtar dan Rusmini. (2001).
Pengajaran Ramedial. Teori dan
Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta: CV Fifa Mulia Sejahtera.
Nurihsan, A. J.
(2005).
Strategi Layanan Bimbingan & Konseling.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Nurihsan, A. J. & Yusuf,
Syamsu. (2009).
Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Purwanto, M. Ngalim. (2009).
Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.
Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Roziqin, M. K.
(2013). Konsep Dasar Pengajaran Remedial. [Online]. Diakses dari http://muhammadkhoirulroziqin.blogspot.com/2013/04/konsep-dasar-pengajaran
remedial.html.
Setiyono, O. B. (2012).
Pengajaran
Remedial. [Online]. Diakses dari http://onibudi.blogspot.com/2012/04/pengajaran-remedial.html.
Sugihartono,
dkk. (2007).
Psikologi Pedidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sukardi. (2008).
Evaluasi Pendidikan Prinsip &
Operasionalnya. Yogyakarta: PT Bumi Aksara
Widoyoko, S. Eko Putro. (2009).
Evaluasi Program Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wijaya,
Cece. (2010).
Pendidikan Remidial. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Wood, Derek. dkk. (2007).
Kiat Mengatasi Gangguan Belajar.
Yogyakarta: Katahati.
Jumat, 24 April 2015
Resume 7 : Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Konsep
Bimbingan
Bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan
sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara
optimal. Perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi
individu dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.
Konsep
Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Definisi tentang pembelajaran berbasis bimbingan
dikemukakan oleh Mariyana (2008, hlm. 2) bahwa pembelajaran berbasis bimbingan
merupakan sebuah model pembelajaran yang dirancang berdasarkan pemahaman
terhadap bimbingan, dengan memperhatikan pemahaman terhadap anak dan cara
belajarnya.
Menurut Budiman
(Najjah, 2015), pembelajaran berbasis bimbingan seharusnya berlandaskan pada
prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
- Didasarkan pada Needs assessment (sesuai dengan kebutuhan)
- Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship)
- Bersifat memfasilitasi
- Berorientasi pada: (1) learning to be (belajar menjadi); (2) learning to learn (belajar untuk belajar); (3) learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama).
- Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.
Ciri-ciri
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Kartadinata
dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis bimbingan
memiliki ciri-ciri berikut:
- Diperuntukkan bagi semua siswa.
- Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
- Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
- Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
- Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis
bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak
terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
- Proses membantu individu
- Bertitik tolak pada individu yang dibimbing
- Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
- Pada batas tertentu perlu ada referal
- Dimulai dengan identifikasiatas kebutuhan individu
- Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel
- Sejalan dengan visi dan misi lembaga
- Dikelola dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
- Ada sistem evaluasi yang digunakan
Model-model
Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Model-model
pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan individu yang dapat dipilih
guru antara lain:
- Model Pemrosesan Informasi. Model pembelajaran ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
- Model Personal, adalah model pembelajaran yang bertitik tolak pada teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan individu.
- Model Interaksi Sosial. Model pembelajaran interaksi sosial ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together).
- Model Modifikasi Tingkah Laku. Model pembelajaran modifikasi tingkah laku bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan.
- Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya. Model pembelajaran terpadu berbasis budaya yang dikembangkan untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan dikembangkan berdasarkan pengalaman awal budaya siswa.
- Model Pembelajaran Kooperatif, adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
- Model Pembelajaran Konstektual. Menurut Trianto (dalam Riadi, 2013) pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
- Model Pembelajarab Berbasis Masalah. Menurut Duch (dalm Nurfianti, 2011) Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
Referensi : Makalah Kelompok 7
Abdullah,
R. (2014). Dampak Penerapan
Pembelajaran Berbasis Kerja Terhadap Hasil Belajar Praktek Kerja Kayu Mahasiswa
Jurusan Teknik Sipil, Prosiding
Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Alexon
dan Sukmadinata. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis
Budaya untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa terhadap Budaya Lokal. Cakrawala Pendidikan, XXIX (2), hlm. 201
Arif,
F. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari https://fingeridea.wordpress.com/2012/05/23/model-pembelajaran-berbasis-bimbingan-dan-konseling/
Asih dkk. (2010). Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati Dan
Kematangan Emosi. Jurnal
Aulia,
R.A. (2015). Konsep Dasar Bimbingan dan
Konseling. [Online]. Diakses dari
kieeaulia47.blogspot.com/
Budiman, N. (2009). Strategi
Pembelajaran Berbasis Bimbingan. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI
Bandung
Fatirul,
A.N. (2008). Cooperative Learning. [Online]. Diakses dari https://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/c00perative-learning.pdf
Kania,
G. (2014). Program Bimbingan untuk
meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa yang Berlatar Belakang Keluarga
Disfungsional. (Skripsi). Bandung : UPI. Tidak diterbitkan
Malau,
J. (2006). Model-model Pembelajaran.
[Online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/196501111994121-TASWADI/model_pembelajaran/Model_Pembelajaran.pdf
Mariyana,
R. (2008). Kompetensi Guru dalam
Pembelajran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-kanak (studi Deskriptif terhadap
Guru TK di Kota Bandung). [Online].
Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197803082001122RITA_MARIYANA/JURNAL_kompetensi_guru_dalam_PBB.pdf
Najjah,
S. (2015). Pembelajaran Berbasis Bimbingan
(Mengkaji Model-Model Pembelajaran yang Lebih Berorientasi Pengembangan
Individu). [Online]. Diakses http://suroyyalailatunnajjah.blogspot.com/2015/04/pembelajaran-berbasis-bimbingan.html
Nurfianti.
(2010). Penerapan Model Pembelajaran
Based Learning pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. (Skripsi).
UPI. Tidak diterbitkan.
Perdana,
A. (2013). Pengertian Belajar, Mengajar,
Pembelajar dan Pembelajaran. [Online].
Diakses dari http://www.andreanperdana.com/2013/03/pengertian-belajar-mengajar-pembelajar.html
Riadi,
M. (2012). Pengertian Pembelajaran
Kooperatif. [Online]. Diakses
dari http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pembelajaran-kooperatif.html
Riadi,
M. (2013). Pembelajaran Kontekstual.
[Online]. Diakses dari http://www.kajianpustaka.com/2013/08/pembelajaran-kontekstual.html
Rusman.
(Tanpa Tahun). Pendekatan dan Model
Pembelajaran. [Online]. Diakses
darihttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajaran.pdf
Sugiyatno.
Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling. [Online].
Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sugiyatno-mpd/materi-kuliah-dasar-dasar-bk.pdf
Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI
Triasari,
A. (2014). Pengaruh Pembelajaran dengan
Pendekatan Scientific terhadap Peningkatan Kemampuan Abstraksi Siswa SMA.
(Skripsi). Bandung : UPI. Tidak diterbitkan
Wardhani. N. (2007). Keterkaitan Konsep Konseling
Dengan Aspek-Aspek Psikologis.
Waziroh dkk. (2012). Analisis Kebutuhan Pembelajaran Dalam Perancangan Pembelajaran yang Mendidik
Di SD/MI. [artikel]. Tidak diterbitkan.
Langganan:
Postingan (Atom)