Senin, 28 Desember 2015

Pengembangan Desain Didaktis Awal Materi Statistika SMA Kelas X Berdasarkan Learning Obstacle

oleh Yusi Nur Apriyani

  Statistika adalah salah satu cabang ilmu dari matematika yang mempelajari tentang pengumpulan data, penyajian data, pengolahan data, analisis data serta penarikan kesimpulan berdasarkan analisis data yang telah dilakukan. Aplikasi statistika banyak digunakan dalam berbagai metode penelitian yang pada dasarnya merupakan kegiatan seperti mengumpulkan data, mengolah data, menganalisa data, dan menarik kesimpulan dari data penelitian. Di Negara maju seperti Amerika dan Jepang, ilmu statistika telah sejak lama berkembang pesat sejalan dengan kemajuan ilmu ekonomi dan ilmu teknik. Perkembangan ilmu dan teknologi juga tidak lepas dari peran ilmu statistika. Sehingga ilmu statistika sudah seharusnya dipelajari dan dipahami sejak usia sekolah, supaya tidak tertinggal oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin maju.

Senin, 30 November 2015

Editing Photo : Reading is Never Ending

SEBELUM

SESUDAH

Editing Photo : Reflection of Isola

          
                              SEBELUM                                                              SESUDAH

Sabtu, 02 Mei 2015

Resume 8 : Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial

KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR

Diagnostik Kesulitan Belajar merupakan proses menentukan masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.

Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu :

  • Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
  • Permasalahan dalam hal kemampuan akademik
  • Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas.
Faktor Penyebab Munculnya Kesulitan Belajar
Beberapa faktor penyebab munculnya kesulitan belajar menurut Sukardi dibedakan menjadi dua, yaitu :
  • Faktor internal meliputi kesehatan dan problem menyesuaikan diri
  • Faktor eksternal meliputi lingkungan, cara mengajar guru yang tidak baik, orang tua siswa dan masyarakat sekitar.
Ciri-Ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar yang yang dilakukannya di sekolah dan di rumah.
Ketidaksanggupan belajar disebabkan kerusakan-kerusakan tertentu pada diri seseorang yang membuat seseorang itu lamban belajar. Menurut Cece Wijaya (2010),  kerusakan-kerusakan itu dikategorikan dalam empat hal, yaitu Dyslexia, Dyscalculia, Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), dan Spatial, motor, ad perceptual defisits.
Kerusakan lainnya yang membuat siswa lamban belajar adalah Social defisits, yaitu kesulitan mengembangkan keterampilan sosial. Kesulitan itu dapat membuat ketidaksanggupan menemukan jati dirinya. Berdasarkan hasil penelitian para pakar psikolog bahwa siswa yang tidak sanggup mengembangkan keterampilan sosila dapat dilatih melalui bimbingan guru-gurunya.

Prosedur Diagnostik Kesulitan Belajar
Setidaknya ada tiga langkah umum yamg harus ditempuh oleh seorang guru dalam mendiagnostik kesulitan belajar siswa, yaitu :
  1. Mendiagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, yaitu dengan cara mengidentifikasi kasus dan melokalisasikan jenis dan sifat kesulitan belajar tersebut.
  2. Mengadakan estimasi (prognosis) tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa.
  3. Mengadakan terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan yang dapat dipergunakan dalam rangka penyembuhan atau mengalami kesulitan belajar yang dialamu oleh siswa tersebut.
Mendiagnostik Kesulitan Belajar secara Formal
Diagnostik yang sebenarnya terhadap kesulitan belajar dilakukan dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal. Hasil uji tidak hanya tergantung pada kemampuan aktual anak, tetapi juga reliabilitas pengujian itu serta kemampuan sang anak untuk memerhatikan dan memahami pertanyaannya.

Evaluasi Diagnostik Kesulitan Belajar
Evaluasi diagnostik kesulitan belajar merupakan salah satu fungsi evaluasi yang memerlukan prosedur dan kompetensi yang lebih tinggi dari para guru sebagai evaluator. Evaluasi diagnostik kesulitan belajar merupakan evaluasi yang memiliki penekanan kepada penyembuhan kesulitan belajar siswa yang tidak terpecahkan oleh formula perbaikan yang biasanya ditawarkan dalam bentuk tes formatif.

KONSEP DASAR PENGAJARAN REMEDIAL

Pengajaran Remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yaang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.

Tujuan Pengajaran Remedial
  • Agar siswa dapat memahami dirinya, dengan mengenal kelemahannya dalam mempelajari suatu bidang studi dan juga kekuatannya.
  • Agar siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajarnya ke arah yang lebih baik.
  • Agar siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
  • Agar siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil yang lebih baik.
  • Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya.
Fungsi Pengajaran Remedial
  • Fungsi korektif, berarti bahwa dengan pengajaran remedial mampu memperbaiki hal-hal yang belum memenuhi harapan dalam proses pembelajaran.
  • Fungsi pemahaman, berarti bahwa dengan pengajaran remedial mampu memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pribadi siswa.
  • Fungsi penyesuaian, berarti bahwa dengan pengajaran remedial mampu membentuk siswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan proses belajarnya.
  • Fungsi pengayaan, berarti bahwa dengan pengajaran remedial siswa akan dapat memperkaya proses pembelajaran.
  • Fungsi akselerasi, berarti bahwa dengan pengajaran remedial akan diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif dan efisien.
  • Fungsi Terapeutik, , berarti bahwa dengan pengajaran remedial secara langsung atau tidak akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukan adanya penyimpangan.
Metode dalam Pengajaran Remedial
Metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan yaitu metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan belajar mulai dari tingkat identifikasi kasus sampai dengan tindak lanjut. Metode yang dapat digunakan, yaitu tanya jawab, diskusi, tugas, kerja kelompok, tutor, dan pengajaran individual.

Strategi dan Teknik dalam Pendekatan Pengajaran Remedial
Seperti yang dirumuskan oleh  Izhar Hasis  yang disimpulkan dari  Ross and  Stanley dan dari  Dinkmeyer and Caldweel dalam bukunya Developmental Counseling, adalah sebagai berikut.
  1. Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat Kuratif. Tindakan Remedial Teaching dikatakan bersifat kuratif kalau  dilakukan setelah selesainya program proses belajar mengajar utama diselenggarakan. Teknik pendekatan yang dipakai dalam  hal  ini yaitu pengulangan, pengayaan dan pengukuhan, serta percepatan.
  2. Strategi dan Teknik pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat Preventif. Strategi dan teknik pendekatan preventif diberikan kepada siswa tertentu berdasarkan data atau  informasi yang ada dapat diantisipasi atau setidaknya patut diduga akan mengalami kesulitan dalam  menyelesaikan tugas-tugas belajar. Teknik pendekatan yang dipakai adalah layanan pengajaran  kelompok yang diorganisasikan secara homogen (homogenius  grouping), layanan pengajaran secara individual dan layanan pengajaran kelompok dengan dilengkapi kelas khusus remedial dan pengayaan.
  3. Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching Bersifat Pengembangan. Merupakan tindak lanjut dari during teaching diagnostic atau upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM).
Langkah-Langkah Melaksanakan Pengajaran Remedial
  1. Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya.
  2. Menentukan tindakan yang harus dilakukan.
  3. Pemberian layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling.
  4. Langkah pelaksanaan pengajaran remedial.
  5. Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi belajar siswa dengan alat tes sumatif.
  6. Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik.
Perbandingan Prosedur Pengajaran Biasa dan Remedial
  • Kegiatan pengajaran biasa sebagai program belajar mengajar di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi. Pengajaran perbaikan diadakan setelah diketahui kesulitan belajar, kemudian diadakan pelayanan khusus.
  • Tujuan pengajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua siswa. Pengajaran perbaikan tujuannnya disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa walaupun tujuan akhirnya sama.
  • Metode dalam pengajaran biasa sama buat semua siswa, sedangkan metode dalam pengajaran perbaikan berdiferensial (sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan.
  • Pengajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pengajaran perbaikan oleh team (kerjasama).
  • Alat pengajaran perbaikan lebih bervariasi, yaitu dengan penggunaan tes diagnostik, sosiometri, dsb.
  • Pengajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekayan individual.
  • Pengajaran perbaikan evaluasinya disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
Evaluasi Pengajaran Remedial
Pada akhir kegiatan siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75% taraf pengusaan (level of mastery). Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan diagnostik dan memperoleh pengajaran remedial kembali. Evaluasi remidi memiliki arti penting bagi orang-orang terdekat siswa. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada siswa dan 
orangtua mengenai perkembangan belajarnya.


Referensi : Makalah Kelompok 8
Holt, John. (2010). Mengapa Siswa Gagal. Jakarta:Erlangga.
Mukhtar dan Rusmini. (2001). Pengajaran Ramedial. Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta: CV Fifa Mulia Sejahtera.
Nurihsan, A. J. (2005). Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.
Nurihsan,  A. J. & Yusuf, Syamsu. (2009). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Purwanto, M. Ngalim. (2009). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Roziqin, M. K. (2013). Konsep Dasar Pengajaran Remedial. [Online]. Diakses dari http://muhammadkhoirulroziqin.blogspot.com/2013/04/konsep-dasar-pengajaran remedial.html.
Setiawan, Ebta. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia [online]. Diakses dari http://kbbi.web.id/.
Setiyono, O. B. (2012). Pengajaran Remedial. [Online]. Diakses dari http://onibudi.blogspot.com/2012/04/pengajaran-remedial.html.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pedidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Yogyakarta: PT Bumi Aksara
Widoyoko, S. Eko Putro. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wijaya, Cece. (2010). Pendidikan Remidial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wood, Derek. dkk. (2007). Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Yogyakarta: Katahati.

Jumat, 24 April 2015

Resume 7 : Pembelajaran Berbasis Bimbingan

Konsep Bimbingan
Bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara optimal. Perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi 
individu dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.

Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Definisi tentang pembelajaran berbasis bimbingan dikemukakan oleh Mariyana (2008, hlm. 2) bahwa pembelajaran berbasis bimbingan merupakan sebuah model pembelajaran yang dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya.
Menurut Budiman (Najjah, 2015), pembelajaran berbasis bimbingan seharusnya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
  • Didasarkan pada Needs assessment (sesuai dengan kebutuhan)
  • Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship)
  • Bersifat memfasilitasi
  • Berorientasi pada: (1) learning to be (belajar menjadi); (2) learning to learn (belajar untuk belajar); (3) learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama).
  • Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.

Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
  • Diperuntukkan bagi semua siswa.
  • Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
  • Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
  • Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
  • Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.

Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
  • Proses membantu individu
  • Bertitik tolak pada individu yang dibimbing
  • Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
  • Pada batas tertentu perlu ada referal
  • Dimulai dengan identifikasiatas kebutuhan individu
  • Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel
  • Sejalan dengan visi dan misi lembaga
  • Dikelola dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
  • Ada sistem evaluasi yang digunakan

Model-model Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Model-model pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan individu yang dapat dipilih guru antara lain:
  • Model Pemrosesan Informasi. Model pembelajaran ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
  • Model Personal, adalah model pembelajaran yang bertitik tolak pada teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan individu.
  • Model Interaksi Sosial. Model pembelajaran interaksi sosial ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together).
  • Model Modifikasi Tingkah Laku. Model pembelajaran modifikasi tingkah laku bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan.
  • Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya. Model pembelajaran terpadu berbasis budaya yang dikembangkan untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan dikembangkan berdasarkan pengalaman awal budaya siswa.
  • Model Pembelajaran Kooperatif, adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
  • Model Pembelajaran Konstektual. Menurut Trianto (dalam Riadi, 2013) pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
  • Model Pembelajarab Berbasis Masalah. Menurut Duch (dalm Nurfianti, 2011) Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
Referensi : Makalah Kelompok 7
Abdullah, R. (2014). Dampak Penerapan Pembelajaran Berbasis Kerja Terhadap Hasil Belajar Praktek Kerja Kayu Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Alexon dan Sukmadinata. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa terhadap Budaya Lokal. Cakrawala Pendidikan, XXIX (2), hlm. 201
Arif, F. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari https://fingeridea.wordpress.com/2012/05/23/model-pembelajaran-berbasis-bimbingan-dan-konseling/
Asih dkk. (2010). Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi. Jurnal
Aulia, R.A. (2015). Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari kieeaulia47.blogspot.com/
Budiman, N. (2009). Strategi Pembelajaran Berbasis Bimbingan. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung
Fatirul, A.N. (2008). Cooperative Learning. [Online]. Diakses dari https://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/c00perative-learning.pdf
Kania, G. (2014). Program Bimbingan untuk meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa yang Berlatar Belakang Keluarga Disfungsional. (Skripsi). Bandung : UPI. Tidak diterbitkan
Mariyana, R. (2008). Kompetensi Guru dalam Pembelajran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-kanak (studi Deskriptif terhadap Guru TK di Kota Bandung). [Online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197803082001122RITA_MARIYANA/JURNAL_kompetensi_guru_dalam_PBB.pdf
Najjah, S. (2015). Pembelajaran Berbasis Bimbingan (Mengkaji Model-Model Pembelajaran yang Lebih Berorientasi Pengembangan Individu). [Online]. Diakses http://suroyyalailatunnajjah.blogspot.com/2015/04/pembelajaran-berbasis-bimbingan.html
Nurfianti. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Based Learning pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. (Skripsi). UPI. Tidak diterbitkan.
Perdana, A. (2013). Pengertian Belajar, Mengajar, Pembelajar dan Pembelajaran. [Online]. Diakses dari http://www.andreanperdana.com/2013/03/pengertian-belajar-mengajar-pembelajar.html
Riadi, M. (2012). Pengertian Pembelajaran Kooperatif. [Online]. Diakses dari http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pembelajaran-kooperatif.html
Riadi, M. (2013). Pembelajaran Kontekstual. [Online]. Diakses dari http://www.kajianpustaka.com/2013/08/pembelajaran-kontekstual.html
Rusman. (Tanpa Tahun). Pendekatan dan Model Pembelajaran. [Online]. Diakses darihttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajaran.pdf
Sugiyatno. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sugiyatno-mpd/materi-kuliah-dasar-dasar-bk.pdf
Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI
Triasari, A. (2014). Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific terhadap Peningkatan Kemampuan Abstraksi Siswa SMA. (Skripsi). Bandung : UPI. Tidak diterbitkan
Wardhani. N. (2007). Keterkaitan Konsep Konseling Dengan Aspek-Aspek Psikologis.
Waziroh dkk. (2012). Analisis Kebutuhan Pembelajaran  Dalam Perancangan Pembelajaran yang Mendidik Di SD/MI. [artikel]. Tidak diterbitkan.